Tuesday 1 March 2016

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN BAGI USAHA PERTANIAN



Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro Tahun 2015
Sebagai upaya untuk memenuhi tugas individu mata kuliah sistem pertanian berkelanjutan (STP-3303) yang diampu oleh : Prof. Dr. Soni Isnaini.
Penulis : Kurniawan Tri Putra (13110046)
Sistem Pertanian Berkelanjutan Bagi Usaha Pertanian

Pertanian berkelanjutan adalah gerakan pertanian menggunakan prinsip ekologi, studi hubungan antara organisme dan lingkungannya. Pertanian berkelanjutan telah didefinisikan sebagai sebuah sistem terintegrasi antara praktek produksi tanaman dan hewan dalam sebuah lokasi dan dalam jangka panjang memiliki fungsi sebagai berikut :
a.    Memenuhi kebutuhan pangan dan serat manusia,
b.    Meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam berdasarkan kebutuhan ekonomi pertanian,
c.    Menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan secara sangat efisien,
d.   Menggunakan sumber daya yang tersedia di lahan pertanian secara terintegrasi, dan memanfaatkan pengendalian dan siklus biologis jika memungkinkan
e.    Meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan.

Namun tahap menuju pertanian berkelanjutan seringkali dipandang sebagai sebuah tahapan dan bukan sebagai akhir. Beberapa menganggap bahwa pertanian berkelanjutan yang sebenarnya adalah yang berkelanjutan secara ekonomi yang dicapai dengan :
a.    Penggunaan energi yang lebih sedikit,
b.    Jejak ekologi yang minimal,
c.    Barang berkemasan yang lebih sedikit,
d.   Pembelian lokal yang meluas dengan rantai pasokan pangan singkat,
e.    Bahan pangan terproses yang lebih sedikit,
f.     Kebun komunitas dan kebun rumah yang lebih banyak, dan sebagainya.
Berdasarkan referensi dari Technical Advisory Committee of the CGIAR (TAC-CGAR, 1988), CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) atau Lembaga Konsultasi Penelitian Pertanian Internasional, Pertanian Berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah, sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.  Ciri – cirinya adalah sebagai berikut :
a.    Mantap secara ekologis, berarti kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan mulai dari manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Berarti tanah harus dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis. Sumber daya lokal digunakan secara ramah dan dapat diperbaharui.
b.    Dapat berlanjut secara ekonomis.
c.    Adil, yang berarti sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan begitu pula hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai serta bantuan teknis yang terjamin.
d.   Manusiawi, menghargai martabat dasar semua makhluk hidup dan menghargai budaya lokal.
e.    Luwes, masyarakat memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri (mampu beradaptasi) dengan perubahan kondisi usaha pertanian.
f.     Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Para petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang masih bisa ditolelir/diterima.
g.    Berkeadilan sosial, ini yang sering mendapat hambatan, sistem ini harus menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan kontrol terhadap lahan, modal, informasi dan pasar bagi yang terlibat, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, jenis kelamin, agama, maupun etnis.

Pada beberapa saat, Revolusi hijau di Indonesia berhasil membuat Indonesia menyandang predikat Swasembada Pangan. Pada kenyataannya, program tersebut menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti :
a.    Pemakaian pupuk kimia dan bahan – bahan kimia sintetis secara berlebihan menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan, mulai dari tanah, air, udara dan makhluk hidup. Terjadi kerusakan struktur tanah dan musnahnya predator alami sehingga meningkatnya populasi hama dan gulma karena lebih resisten terhadap pestisida.
b.    Para petani sangat tergantung kepada pupuk kimia seperti pupuk urea atau NPK dan bahan – bahan kimia sintetis lainnya. Para petani merasa kurang percaya diri dalam bertani tanpa bahan tersebut.
c.    Ketergantungan para petani terhadap bahan – bahan kimia menimbulkan dominasi dan monopoli pihak – pihak yang berkantung tebal dalam penyediaan dan distribusi. Merekalah yang lebih diuntungkan dibandingkan para petaninya sendiri.
d.   Timbul kesenjangan lebih jauh antara petani bermodal dan petani kurang modal. Petani yang punya modal lebih besar akan lebih beruntung karena harga pupuk dan obat tidak menjadi masalah besar, berbeda dengan petani kecil yang hanya bermodal kecil akan menjadi masalah, umumnya mereka akan berhutang untuk mendapatkan pupuk dan obat yang akan dibayar pada saat panen.

Sistem pola tanam berkelanjutan merupakan bagian dari pertanian yang berkelanjutan (sustainability) dengan mengacu pada kriteria yang dikemukakan Van der Heide et al., 1992, menitikberatkan pada usaha pengendalian masalah lingkungan pada tingkat lokal, regional dan nasional/global.
Tingkat lokal (Petani)
a.    Dapat mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi tanaman untuk  jangka panjang, dengan cara :
·      Mengontrol erosi dan memperbaiki struktur tanah
·      Mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga keseimbangan hara
·      Mengusahakan diversifikasi tanaman di lahannya
b.    Dapat mempertahankan produktivitas lahan dengan tenaga kerja yang cukup :
·      Swa-sembada penyediaan pangan, kayu bakar dan hasil sampingan lainnya
c.    Dapat mengatasi risiko gagal panen akibat musim yang kurang cocok, hama, penyakit, gulma dan turunnya harga pasaran, melalui :
·      Mempertahankan diversifikasi (setiap komponen dengan kelebihannya masing – masing)
·      Mampu bertahan bila mengalami kegagalan dalam produksi
d.   Dapat menyediakan dan memberikan peluang untuk perbaikan dan pengembangan :
·      Penelitian pada tingkat petani untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan
·      Paket teknologi yang cocok untuk berbagai kondisi

Tingkat Regional (Desa)
a.    Tidak ada efek negatif terhadap lingkungan, misalnya :
·      Tidak ada erosi atau pengendapan dan pendangkalan pada sungai dan danau
·      Tidak ada pencemaran air tanah maupun air permukaan
·      Tidak terjadi pencemaran yang berkaitan dengan agroindustri
b.    Tidak terdapat 'kelaparan' tanah (yang berkaitan dengan A dan B) :
·      Tidak ada perambahan terhadap sumber daya hutan dan suaka alam

Tingkat Nasional/Global
a.    Tidak ada ketergantungan terhadap sarana produksi yang berasal dari industri ataupun  bahan import
b.    Tidak menimbulkan masalah emisi gas yang dapat merubah komponen iklim.

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan Van der Heide et al., 1992 diatas, suatu sistem pengelolaan tanah dapat dikatakan berkelanjutan atau sustainable apabila memenuhi beberapa tanda berikut :
1.    Menekan penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu
2.    Menekan gangguan gulma
3.    Menekan serangan hama dan penyakit
4.    Menekan erosi tanah
5.    Mempertahankan keberagaman tanaman (diversifikasi)

Dalam pengusahaan pertanian penting memperhatikan aspek – aspek diatas yang dapat dijadikan dasar dari pengusahaan pertanian yang berkelanjutan. Pengusahaan pertanian yang berkelanjutan yaitu usaha – usaha dibidang pertanian yang mengintegrasikan keadaan alam di lingkungan pertanian sebagai usaha untuk memproduksi produk – produk pertanian dengan cara meminimalisir input – input yang tidak efisien dan justru dapat membahayakan kesehatan, baik kesehatan konsumen maupun lingkungan budidaya. Seperti penerapan pupuk dan pestisida anorganik yang berlebihan. Ruang lingkup pertanian berkelanjutan sangat luas bagi pengusahaan pertanian, meliputi :
a.    Sistem pertanian Organik
b.    Sistem pengendalian hama dan penyakit terpadu
c.    Menerapkan LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) atau masukan luar rendah
d.    Sistem pertanian terpadu
KESIMPULAN

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang terus berkembang, sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Meliputi :
a.       Dapat mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi tanaman untuk  jangka panjang, dengan cara :
·      Mengontrol erosi dan memperbaiki struktur tanah.
·      Mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga keseimbangan hara.
·      Mengusahakan diversifikasi tanaman di lahannya.
b.    Dapat mengatasi risiko gagal panen akibat musim yang kurang cocok, hama, penyakit, gulma dan turunnya harga pasaran, melalui :
·      Mempertahankan diversifikasi (setiap komponen dengan kelebihannya masing – masing).

Pentingnya praktek produksi tanaman dan hewan secara berkelanjutan sebagai berikut :
a.    Untuk memenuhi kebutuhan pangan dan serat manusia,
b.    Untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam berdasarkan kebutuhan ekonomi pertanian,
c.    Untuk menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan secara sangat efisien,
d.   Untuk menggunakan sumber daya yang tersedia di lahan pertanian secara terintegrasi, dan memanfaatkan pengendalian dan siklus biologis jika memungkinkan.

Dengan memahami akan pentingnya penerapan sistem pertanian yang berkelanjutan diharapkan para pengusahaan pertanian mau dan mampu mengupayakan pertanian yang berintegrasi pada lingkungan. Demi menjaga kelestarian lingkungan dengan tetap menghasilkan produksi untuk konsumsi.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/pertanian-berkelanjutan diakses pada 09 Oktober 2015

Rija Sudirja, Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik, pustaka.unpad.ac.id diakses pada 10 Oktober 2015






NUTRISI & PEMUPUKAN



Tugas Mata Kuliah
Nutrisi Tanaman dan Pemupukan
(STP-3305)
Sebagai upaya untuk memperkaya materi nutrisi tanaman dan pemupukan yang diampu oleh : Dr. Etik Puji Handayani, M.Si



Oleh :
Kurniawan Tri Putra
(13110046)




Add caption



SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
DHAMA WACANA METRO
TAHUN 2015
Kata Pengantar


Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas limpahan nikmat – nikmat – NYA, sehingga masih dapat terus melanjutkan aktivitas belajar untuk kebaikan. Sholawat dan salam senantiasa terucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pendidik, pembimbing dan pemersatu umat untuk dapat beribadah dan berlaku lurus sebagaimana manusia yang memiliki etika dan ilmu pengetahuan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen pengampu yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam mempelajari mata kuliah nutrisi tanaman dan pemupukan, sehingga tidak terjadi multi tafsir yang menyimpang. Terima kasih kepada keluarga khususnya Ibu dan Bapak yang senantiasa mendukung baik moril dan materi, yang mampu memberikan semangat lebih bagi penulis dalam menuntut ilmu.

Melalui tugas ini, penulis berusaha untuk melengkapi materi yang telah disampaikan dan memperkaya materi sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan jika terjadi kesalahan atau kekurangan, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis dapat melalui email kurniawan3putra@gmail.com.

Salam hormat,

Penulis





DAFTAR ISI


Judul ............................................................................................................   i
Kata Pengantar.............................................................................................   ii
Daftar Isi......................................................................................................   iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................   1
Definisi Nutrisi dan Pemupukan..................................................................   1
Tujuan .........................................................................................................   2
Manfaat .......................................................................................................   2

BAB II NUTRISI TANAMAN DAN PEMUPUKAN ............................   3
Macam – Macam Pupuk ..............................................................................   3
Pupuk Organik ............................................................................................   4
Pupuk Anorganik ........................................................................................   6
Pengapuran ..................................................................................................   20
Proses Pembuatan Pupuk Urea PUSRI .......................................................   21

BAB III PEMBAHASAN .........................................................................   26
Masalah Lingkungan Akibat Penerapan Pupuk Anorganik ........................   27

BAB IV KESIMPULAN ...........................................................................   32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................   33
LAMPIRAN ...............................................................................................   34


BAB I
PENDAHULUAN


Definisi Nutrisi dan Pemupukan
Nutrisi atau disebut juga unsur hara dalam dunia pertanaman, yang terdiri dari enam belas unsur diklasifikasikan essensial (penting) untuk seluruh tanaman, yang digolongkan makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cl, Fe) sesuai kebutuhan dari tanaman. Nutrisi disini lebih diartikan kepada kandungan hara yang sudah ada didalam tanah. Ketiga unsur C, H, O yang diperoleh dari udara atau air, menyusun sekitar 95% tubuh tanaman. Unsur mineral diperoleh dari pelapukan mineral tanah primer dan sekunder, dari biodegradasi bahan organik dan dari gas – gas di atmosfer. Nutrisi tanaman mengalami daur ulang dalam batas – batas bahwa bahan penyusun tanaman tersebut kembali ke tanah.

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik dan atau non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.

Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos.

Tujuan
Mempelajari ilmu tentang nutrisi dan pemupukan memiliki tujuan seperti :
1.      Mengetahui pentingnya nutrisi dan pemupukan bagi tanaman baik yang sudah tersedia di dalam tanah maupun tambahan.
2.      Mengetahui aturan dasar dari proses pemupukan bagi tanaman.
3.      Mengetahui efektif dan efesiensi pemupukan bagi tanaman.

Manfaat
Manfaat dari mempelajari ilmu tentang nutrisi dan pemupukan seperti :
1.      Lebih memahami tentang penggunaan dan pemanfaatan pupuk bagi tanaman.
2.      Dapat menerapkan pemupukan yang efektif dan efisien bagi tanaman budidaya.
3.      Mampu memahami dan menerapkan pemupukan yang seimbang dan tidak merusak lingkungan pertanian.


BAB II
NUTRISI TANAMAN DAN PEMUPUKAN



Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik dan atau non-organik (mineral).

Tanaman dapat mengadsorpsi nutrisi baik melalui akar, batang dan daun. Serapan melalui akar tanaman dapat dilakukan apabila nutrisi terdapat di permukaan akar. Pergerakan hara ke permukaan akar melalui tiga cara, seperti :
1.      Intersepsi akar, merupakan mekanisme pertukaran langsung antara hara dengan akar. Dengan demikian, semakin banyak akar yang bersentuhan dengan hara, semakin banyak hara yang dapat diserap oleh akar.
2.      Aliran massa, mekanisme air yang bergerak ke akar tanaman akibat transpirasi. Pada saat yang bersamaan ikut terangkut ion yang larut dari daerah yang jauh ke daerah yang terjangkau akar.
3.      Difusi, mekanisme ini terjadi akibat selisih konsentrasi yang terjadi disekitar akar, selanjutnya hara di sekitar akan berdifusi ke daerah sekitar akar melalui selaput air.

Macam – Macam Pupuk
Pada umumnya, pupuk biasa dikelompokkan untuk kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya. Macam pembagian pupuk sebagai berikut :
1.      Pupuk berdasarkan sumber bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk :
a.  Pupuk Organik atau pupuk alami (misal pupuk kandang dan kompos). Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa – sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, yang dapat dibagi menjadi ; pupuk kandang, pupuk hijau ; pupuk kompos ; guano.
b. Pupuk Kimia atau pupuk buatan. Pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan – bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif.

2.      Pupuk berdasarkan bentuk fisik
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi :
a.  Pupuk padat. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal.
b. Pupuk cair. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman.

3.      Pupuk berdasarkan kandungannya
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan, yaitu :
a.  Pupuk tunggal. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur,
b. Pupuk majemuk. Pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.

Pupuk Organik
Pupuk organik mencakup semua bahan yang dihasilkan dari makhluk hidup dan bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman, seperti kotoran hewan, kotoran cacing, kompos, rumput laut, guano, dan bubuk tulang. Kotoran hewan merupakan limbah yang seringkali menjadi masalah lingkungan, sehingga penggunaan kotoran hewan sebagai pupuk dapat menguntungkan secara lingkungan dan pertanian. Tulang hewan sisa penyembelihan hewan bisa dijadikan bubuk tulang yang kaya kandungan fosfat.

Manfaat pupuk organik
Pupuk organik diketahui mampu meningkatkan keanekaragaman hayati pertanian dan produktivitas tanah secara jangka panjang. Pupuk organik juga dapat menjadi sarana kembalinya atau daur ulang karbon ke tanah. Nutrisi organik meningkatkan keanekaragaman hayati tanah dengan menyediakan bahan organik dan nutrisi mikro bagi organisme penghuni tanah seperti jamur mikoriza yang membantu tanaman menyerap nutrisi, dan dapat mengurangi input pupuk.

Kerugian pupuk organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang bersifat kompleks karena ketersediaan senyawa yang ada pada pupuk tidak berupa unsur ataupun molekul sederhana yang dapat diserap oleh tanah secara langsung. Kadar nutrisi yang tersedia sangat bervariasi dan tidak dalam bentuk yang tersedia secara langsung bagi tanaman sehingga membutuhkan waktu lama untuk diserap oleh tanaman. Beberapa limbah yang dikomposkan, jika tidak diolah secara tepat, dapat menjadi sarana pertumbuhan patogen yang merugikan tanaman.

Sumber pupuk organik
Urea dari kotoran hewan (dan juga manusia) dapat digunakan untuk menjadi sumber pupuk organik. Sebuah firma di Belanda telah mampu mengubah urin manusia menjadi struvite yang dapat digunakan sebagai pupuk. Namun limbah perkotaan yang kemungkinan telah tercampur obat – obatan, polusi, hormon buatan, logam berat, plastik, dan sebagainya tidak dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk untuk digunakan pada usaha pertanian organik.

Penelitian yang dilakukan oleh Agricultural Research Service (ARS) menunjukan bahwa kotoran ayam dapat menjadikan kondisi tanah lebih baik bagi pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik. ARS melakukan studi tersebut kepada perkebunan kapas dan menemukan bahwa kapas menghasilkan 12% lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik. ARS juga memperkirakan harga kotoran ayam saat ini hanya $17 per ton, jauh lebih murah dibandingkan dengan jumlah manfaat yang dapat disediakan pupuk anorganik pada kemampuan pengkondisian tanah yang setara yang sebesar $78 per ton. Tepung tulang, tepung darah, tepung ikan, dan emulsi ikan juga dapat digunakan sebagai pupuk.

Tumbuhan
Tanaman penutup legum (misal alfalfa) seringkali ditumbuhkan di sela – sela tanaman perkebunan untuk memperkaya tanah dengan nitrogen melalui proses pengikatan nitrogen dari atmosfer dan memperkaya kandungan fosfor melalui mobilisasi nutrisi. Salah satu studi yang dilakukan ARS menemukan bahwa alga dapat digunakan untuk menangkap nitrogen dan fosfor yang dilepaskan lahan usaha tani ke lingkungan melalui aliran air permukaan (surface run off). Alga ini dapat digunakan untuk menyaring limbah pertanian, yang lalu dapat dikembalikan lagi ke tanah sebagai pupuk. Laju pelepasan nutrisinya setara dengan pupuk anorganik sehingga dapat digunakan pada pembibitan. Limbah industri kayu seperti serbuk gergaji dan kepingan kayu, juga dapat digunakan sebagai pupuk.

Pupuk Anorganik
Secara umum, tumbuhan hanya menyerap nutrisi yang diperlukan jika terdapat dalam bentuk senyawa kimia yang mudah terlarut. Nutrisi dari pupuk organik hanya dilepaskan ke tanah melalui pelapukan yang dapat memakan waktu lama. Pupuk anorganik memberikan nutrisi yang langsung terlarut ke tanah dan siap diserap tumbuhan tanpa memerlukan proses pelapukan.

Tiga senyawa utama dalam pupuk anorganik yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kandungan NPK dihitung dengan pemeringkatan NPK yang memberikan label keterangan jumlah nutrisi pada suatu produk pupuk anorganik. Secara umum, nutrisi NPK yang siap diserap oleh tanaman pada pupuk anorganik mencapai 64%, jauh lebih tinggi dibandingkan pupuk organik yang hanya menyediakan di bawah 1% dari berat pupuk yang diberikan. Inilah yang menyebabkan mengapa pupuk organik harus diberikan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pupuk anorganik.

Pupuk nitrogen dibuat dengan menggunakan proses Haber yang ditemukan pada tahun 1915. Proses ini menggunakan gas alam sebagai sumber hidrogen, dan gas nitrogen dari udara pada temperatur dan tekanan yang tinggi dengan bantuan katalis menghasilkan amonia sebagai produknya. Amonia dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk lainnya seperti amonium nitrat dan urea. Pupuk ini dapat dilarutkan terlebih dahulu dengan air. Sebelum ditemukannya proses Haber, mineral seperti natrium nitrat ditambang untuk dijadikan sumber pupuk nitrogen anorganik. Mineral ini masih ditambang sampai sekarang.

Proses lainnya dalam pembuatan pupuk organik adalah proses Odda yang disebut juga dengan proses nitrofosfat. Bebatuan fosfat dengan kadar fosfor hingga 20% dilarutkan ke asam nitrat untuk menghasilkan asam fosfat dan kalsium nitrat. Bebatuan fosfat juga bisa diproses menjadi mineral P2O5 dengan bantuan asam sulfat. Melalui tungku listrik, mineral fosfat juga bisa direduksi menjadi fosfat murni, namun proses ini sangat mahal.

Kalium secara komersial dapat ditemukan di berbagai tempat mulai dari bebatuan di dalam bumi hingga sedimen di dasar laut. Bebatuan yang mengandung kalium seringkali berada dalam bentuk kalium klorida yang juga ditemukan bersamaan dengan mineral natrium klorida. Bebatuan yang mengandung kalium ditambang dengan bantuan air panas sehingga larut. Larutan ini diuapkan dengan bantuan sinar matahari. Senyawa amina digunakan untuk memisahkan KCl dengan NaCl.

Penggunaan pupuk organik secara komersial telah berkembang dan meningkat hingga 20 kali lipat dibandingkan 50 tahun yang lalu dengan jumlah konsumsi saat ini mencapai 100 juta ton nitrogen anorganik per tahun. Tanpa pupuk anorganik, diperkirakan sepertiga bahan pangan saat ini tidak dapat berproduksi. Penggunaan pupuk fosfat juga meningkat dari 9 juta ton (1960) menjadi 40 juta ton (2000). Setiap hektare tanaman jagung membutuhkan antara 30 hingga 50 kilogram pupuk fosfat, sedangkan kedelai membutuhkan 20 – 25kg. Yara International merupakan produsen pupuk nitrogen anorganik terbesar di dunia.

Penerapan
Pupuk anorganik digunakan di semua jenis tanaman pertanian dengan jumlah pemberian bergantung pada jenis tanaman dan tingkat kesuburan tanah saat ini. Misal tanaman pertanian jenis legum (seperti kedelai) tidak membutuhkan pupuk nitrogen anorganik sebanyak tanaman lain karena mampu mengikat nitrogen. Namun penerapan pupuk anorganik berlebih mampu menyebabkan peningkatan keasaman tanah karena mineral yang tidak dimanfaatkan mampu bereaksi dengan air yang ada di tanah membentuk senyawa asam. Untuk mencegah hal ini, status nutrisi dari tanaman dan tanah perlu dinilai sebelum penerapan pupuk anorganik.

Berikut adalah kedua jenis unsur hara dan gejala – gejala yang biasa timbul, baik apabila kekurangan atau kelebihan unsur tersebut :
1.    Unsur Hara Makro
Unsur Hara Makro adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar.  Daftarnya adalah sebagai berikut :
a.    Nitrogen (N)
Unsur Nitrogen dengan lambang unsur N, sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman, jaringan, dan organ tanaman.  Nitrogen  memiliki fungsi utama sebagai bahan sintetis klorofil, protein, dan asam amino. Oleh karena itu, unsur Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar, terutama pada saat pertumbuhan memasuki fase vegetatif.  Bersama dengan unsur Fosfor (P), Nitrogen ini digunakan dalam mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Terdapat 2 bentuk Nitrogen, yaitu Ammonium (NH4) dan Nitrat (NO3). Berdasarkan sejumlah penelitian para ahli, membuktikan Ammonium sebaiknya tidak lebih dari 25% dari total konsentrasi Nitrogen. Jika berlebihan, sosok tanaman menjadi besar tetapi rentan terhadap serangan penyakit. Nitrogen yang berasal dari amonium akan memperlambat pertumbuhan karena mengikat karbohidrat sehingga pasokan sedikit. Dengan demikian cadangan makanan sebagai modal untuk berbunga juga akan minimal. Akibatnya tanaman tidak mampu berbunga. Seandainya yang dominan adalah Nitrogen bentuk Nitrat, maka sel – sel  tanaman akan kompak dan kuat sehingga lebih tahan penyakit. Untuk mengetahui kandungan N dan bentuk Nitrogen dari pupuk bisa dilihat dari kemasan.

Kekurangan Nitrogen
Ciri-ciri tanaman yang kekurangan Nitrogen dapat dikenali dari daun bagian bawah. Daun pada bagian tersebut menguning karena kekurangan klorofil. Pada proses lebih lanjut, daun akan mengering dan rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan daun muda akan tampak pucat. Pertumbuhan tanaman melambat, kerdil dan lemah. Akibatnya produksi bunga dan biji pun akan rendah.

Kelebihan Nitrogen
Kelebihan jumlah Nitrogen pun perlu diwaspadai.  Ciri-ciri tanaman apabila unsur N-nya berlebih adalah warna daun yang terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun. Proses pembuangan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sekulen karena mengandung banyak air. Hal itu menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan jamur dan penyakit, serta mudah roboh. Produksi bunga pun akan menurun.

b.    Fosfor atau Phosphor (P)
Unsur Fosfor (P) merupakan komponen penyusun dari beberapa enzim, protein, ATP, RNA, dan DNA.  ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA dan DNA menentukan sifat genetik dari tanaman. Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Pengaruh terhadap akar adalah dengan membaiknya struktur perakaran sehingga daya serap tanaman terhadap nutrisi pun menjadi lebih baik. Bersama dengan unsur Kalium, Fosfor dipakai untuk merangsang proses pembungaan. Hal itu wajar sebab kebutuhan tanaman terhadap fosfor meningkat tinggi ketika tanaman akan berbunga.

Kekurangan Phosphor (P)
Ciri-ciri dimulai dari daun tua menjadi keunguan dan cenderung kelabu. Tepi daun menjadi cokelat, tulang daun muda berwarna hijau gelap. Hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil, dan akhirnya rontok. Fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.

Kelebihan Phosphor (P)
Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti besi (Fe) , tembaga (Cu) , dan seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak terlihat secara fisik pada tanaman.

c.    Kalium (K)
Unsur Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur. Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium. Sifat antagonisme ini menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap tanaman jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsur kalium berlebih gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab, sifat antagonisme antara kalium dan magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Kendati demkian, pada beberapa kasus, kelebihan kalium gejalanya mirip tanaman kekurangan kalsium.

Kekurangan Kalium
Kekurangan K terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada bercak hangus. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur. Bunga mudah rontok dan gugur. Tepi daun ‘hangus’, daun menggulung ke bawah, dan rentan terhadap serangan penyakit.

Kelebihan Kalium
Kelebihan K menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat. sehingga tanaman mengalami defisiensi.

d.   Magnesium (Mg)
Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun, terutama untuk ketersediaan klorofil.  Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim diberbagai proses sintesis protein. Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut karena energi yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot ‘ringan’ seperti nitrogen. Akibatnya terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi encer. Jaringan menjadi lemah dan jarak antar ruas panjang. Ciri – ciri ini persis seperti gejala etiolasi-kekurangan cahaya pada tanaman.

Kekurangan Magnesium
Muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang penyakit terutama embun tepung (powdery mildew).

Kelebihan Magnesium
Kelebihan Mg tidak menimbulkan gejala ekstrim.

e.    Kalsium (Ca)
Unsur ini yang paling berperan adalah pertumbuhan sel. Ia komponen yang menguatkan, dan mengatur daya tembus, serta merawat dinding sel. Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defiensi Ca, pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu, dan berakibat penyerapan hara terhambat. Ca berperan dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel, dan mengatur distribusi hasil fotosintesis.

Kekurangan Kalsium
Gejala kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah, terjadi perubahan bentuk daun, mengeriting, kecil, dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi tetapi tidak kekar. Karena berefek langsung pada titik tumbuh maka kekurangan unsur ini menyebabkan produksi bunga terhambat. Bunga gugur juga efek kekurangan kalsium.

Kelebihan Kalsium
Kelebihan kalsium tidak berefek banyak, hanya mempengaruhi pH tanah.

f.     Belerang atau Sulfur  (S)
Pada umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asam amino sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian dari biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam tanaman ditemukan dalam bentuk asam amino, yang salah satu fungsi utamanya adalah penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan disulfida antara rantai – rantai peptida. Belerang (S) merupakan bagian (constituent) dari hasil metabolisme senyawa – senyawa kompleks. Belerang juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor atau regulator enzim dan berperan dalam proses fisiologi tanaman.
Kekurangan  Sulfur
Jumlah S yang dibutuhkan oleh tanaman sama dengan jumlah fosfor (P). Kekahatan S menghambat sintesis protein dan hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya klorosis seperti tanaman kekurangan nitrogen. Kahat S lebih menekan pertumbuhan tunas dari pada pertumbuhan akar. Gejala kahat S lebih nampak pada daun muda dengan warna daun yang menguning sebagai mobilitasnya sangat rendah di dalam tanaman (Haneklaus) dan Penurunan kandungan klorofil secara drastis pada daun merupakan gejala khas pada tanaman yang mengalami kahat S . Kahat S menyebabkan terhambatnya sintesis protein yang berkorelasi dengan akumulasi N dan nitrat organik terlarut.

2.    Unsur Hara Mikro
Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit. Walaupun hanya diserap dalam jumlah kecil, tetapi amat penting untuk menunjang keberhasilan proses-proses dalam tumbuhan. Tanpa unsur mikro, bunga adenium tidak tampil prima. Bunga akan lunglai. Unsur mikro itu, adalah : boron, besi, tembaga, mangan, seng dan molibdenum. Berikut selengkapnya :
a.    Boron (B)
Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan, pembelahan dan diferensiasi, dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis RNA, bahan dasar pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke tajuk tanaman melalui pembuluh xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam jumlah terbatas dan mudah tercuci. Kekurangan boron paling sering dijumpai pada adenium. Cirinya mirip daun variegeta.

Kekurangan Boron
Daun berwarna lebih gelap dibanding daun normal, tebal, dan mengkerut.


Kelebihan Boron
Ujung daun kuning dan mengalami nekrosis.

b.    Tembaga (Cu)
Fungsi penting tembaga adalah aktivator dan membawa beberapa enzim. Dia juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil, dan berperan dalam fungsi reproduksi.

Kekurangan Tembaga (Cu)
Daun berwarna hijau kebiruan , tunas daun menguncup dan tumbuh kecil , pertumbuhan bunga terhambat.

Kelebihan Tembaga (Cu)
Tanaman tumbuh kerdil , percabangan terbatas , pembentukan akar terhambat , akar menebal dan berwarna gelap.

c.    Seng atau Zinc (Zn)
Hampir mirip dengan Mn dan Mg, sengat berperan dalam aktivator enzim, pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis. Kekurangan biasanya terjadi pada media yang sudah lama digunakan.

Kekurangan Seng (Zn)
Pertumbuhan lambat, jarak antar buku pendek, daun kerdil, mengkerut, atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan. Bakal buah menguning, terbuka, dan akhirnya gugur. Buah pun akan lebih lemas sehingga buah yang seharusnya lurus membengkok.

Kelebihan Seng (Zn)
Kelebihan seng tidak menunjukkan dampak nyata.


d.   Besi atau Ferro (Fe)
Besi berperan dalam proses pembentukan protein, sebagai katalisator pembentukan klorofil. Besi berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis dan respirasi, sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak mudah bergerak sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering bertentangan atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu, maka Fe sering dibungkus dengan Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid). EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal. Adanya EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh. Di pasaran dijumpai dengan merek Fe-EDTA.

Kekurangan Besi
Kekurangan besi ditunjukkan dengan gejala klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Daun muda tampak putih karena kurang klorofil. Selain itu terjadi karena kerusakan akar. Jika adenium dikeluarkan dari potnya akan terlihat potongan – potongan akar yang mati.

Kelebihan Besi
Pemberian pupuk dengan kandungan Fe tinggi menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam pada daun.

e.    Molibdenum (Mo)
Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim. Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen.

Kekurangan Molibdenum
Ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua, kemudian menjalar ke daun muda.


Kelebihan Molibdenum
Kelebihan tidak menunjukkan gejala yang nyata pada adenium.

f.     Mangan (Mn)
Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen. Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah :
·      Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C,
·      Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua,
·      Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam – macam enzim.
·      Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.

Kekurangan Mangan
Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara, bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang spesifik. Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsur Mn antara lain : pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak – bercak warna keabu – abuan sampai kecoklatan dan garis – garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.
Identifikasi Gejala defisiensi mangan bersifat relatif, seringkali defisiensi satu unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya. Di lapangan tidak mudah membedakan gejala-gejala defisiensi. Tidak jarang gangguan hama dan penyakit menyerupai gejala defisiensi unsur hara mikro. Gejala dapat terjadi karena berbagai macam sebab.
Gejala dari defisiensi mangan memperlihatkan bintik nekrotik pada daun. Mobilitas dari mangan adalah kompleks dan tergantung pada spesies dan umur tumbuhan sehingga awal gejalanya dapat terlihat pada daun muda atau daun yang lebih tua.. Kekurangan mangan ditandai dengan menguningnya bagian daun diantara tulang – tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau.

g.    Khlor (Cl)
Terlibat dalam osmosis (pergerakan air atau zat terlarut dalam sel), keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman untuk mengambil elemen mineral dan dalam fotosintesis.

Kekurangan Khlor
Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kadang – kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.

h.    Natrium (Na)
Terlibat dalam osmosis (pergerakan air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan. Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah bahwa dapat mengurangi ketersediaan K.

Kekurangan Natrium
Daun – daun tenaman bisa menjadi hijau tua dan tipis. Tanaman cepat menjadi layu.

i.      Cobalt (Co)
Cobalt jauh lebih tinggi untuk fiksasi nitrogen daripada amonium gizi. Tingkat kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan gejala defisiensi.

Kekurangan Cobalt
Mengurangi pembentukan hemoglobin dan fiksasi nitrogen.

j.      Silicone (Si)
Si dapat meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan sebagai komponen dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut menghasilkan tanaman yang lebih kuat, meningkatkan panas dan kekeringan tanaman, toleransi silikon dapat disimpan oleh tanaman di tempat infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi dinding sel oleh jamur menyerang.

Kekurangan Silicon
Dapat mengakibatkan tanaman mudah terserang penyakit.

k.    Nikel (Ni)
Diperlukan untuk enzim urease untuk menguraikan urea dalam membebaskan nitrogen ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk tanaman. Nikel diperlukan untuk penyerapan zat besi. Benih perlu nikel untuk berkecambah. Tanaman tumbuh tanpa tambahan nikel akan berangsur-angsur mencapai tingkat kekurangan saat mereka dewasa dan mulai pertumbuhan reproduksi.

Kekurangan Nikel
Kekurangan dari unsur Nikel pada tanaman akan menimbulkan kegagalan dalam menghasilkan benih yang layak.

Tabel 1. Bentuk unsur hara makro dalam tanah
Golongan I ; bentuk komplek dan tidak tersedia
Golongan II ; bentuk sederhana mudah tersedia dan bentuk ion - ionnya
Nitrogen
Senyawa organik, protein, lain – lain bentuk kolloidal dan peka terhadap dekomposisi.
Garam Amonium
Garam Nitrit
Garam Nitrat
NH4+
NO2-
NO3-
Fosfor
Apatit, Ca, Fe dan Al – Fosfat. Senyawa organik, fitinasam nukleat dan lain – lain.
Ca, K, Mg, Fosfat. Senyawa P organik yang larut
HPO4-2
H2PO4-

Kalium
Mineral felspat dan mika liat, alaminium silikat, ilit
K pada komplek adsorbsi, K-Sulfat dan lain – lain
K+
Magnesium
Mineral mika, horblende, dolomit serpentin, liat aluminium silikat, montmorillonit
Mg pada komplek adsorbsi garam magnesium
Mg+2
Belerang
Mineral pirit dan gypsum, bentuk organik, bentuk kolloidal dan peka terhadap dekomposisi.
Berbagai sulfit – sulfat dari Ca, K, Mg dan lain – lain
SO3-2
SO4-2



 Tabel 2. Bentuk unsur hara yang digunakan tanaman
Unsur
Bentuk ion
Unsur
Bentuk ion
Nitrogen
NH4+ ; NO2- ; NO3
Molibdenum
MoO-2
Fosfor
HPO4-2 ; H2PO4-
Mangan
Mn+2 ; Mn+4
Kalium
K+
Tembaga
Cu+ ; Cu+2
Kalsium
Ca+2
Seng
Zn+2
Magnesium
Mg+2
Boron
BO3-3
Belerang
SO-2 ; SO-2
Chlor
Cl-
Besi
Fe+2 ; Fe+3
Air
H+ ; OH-

Pengapuran
Tanah yang masam cukup potensial untuk perluasan dan peningkatan produksi pertanian, tetapi memerlukan pengapuran. Tujuan pengapuran adalah untuk menaikkan pH, meniadakan Al yang meracuni dan menyediakan Ca sebagai hara.

Bahan kapur pertanian ada 3 macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2, CaO atau MgO dan Ca(OH)2 atau Mg(OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau CaMg(CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100% melewati 20 mesh dan 50% melewati saringan 80 – 100 mesh. Pemberian kapur dapat menaikkan pH, kadar Ca dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al-dd dan kejenuhan Al, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, meningkatkan produksi.

Kebutuhan kapur untuk mencapai pH 6,0 adalah 2,1 ton CaCO3/Ha tiap 1 me Al-dd/ 100g tanah. Untuk mencapai pH 5,5 adalah 1,5 ton CaCO3/Ha tiap 1 me Al-dd/ 100g tanah. Untuk mencapai pH 5,2 adalah 1,2 ton CaCO3/Ha tiap 1 me Al-dd/ 100g tanah.



Proses  Pembuatan  Pupuk  Urea PUSRI

PT  Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) adalah Badan Usaha Milik Suryawan (BUMS) dengan pemegang saham tunggal adalah Suryawan Pancakusuma. Pusri didirikan tanggal 24 Desember  1959 di Palembang dengan kegiatan utama memproduksi pupuk urea yang produksi pertamanya tahun 1963 dengan kapasitas 100.000 ton. Tahun 1974 didirikan Pusri II dengan kapasitas produksi 380.000 ton urea per tahun (Tahun 1992 kapasitasnya dioptimalisasikan menjadi 570.000 ton urea per tahun). Tahun  1976/1977 didirikanlah Pusri III dan IV, dengan kapasitas masing – masing 570.000 ton urea per tahun. Tahun 1990 dibangun pula pabrik Pusri I-B sebagai pengganti Pusri I yang tidak ekonomis lagi. Pabrik Pusri I-B ini merupakan pabrik pertama yang dikerjakan oleh ahli – ahli dari dalam negeri dengan konsep hemat energi.

Pabrik  Utilitas
Pabrik utilitas ialah pabrik yang menghasilkan bahan – bahan pembantu maupun energi yang dibutuhkan oleh pabrik amoniak dan urea. Produk yang dihasilkan dari pabrik utilitas ini antara lain sebagai berikut :
1.      Steam
2.      Listrik
3.      Demin water
4.      Cooling water
5.      Instrument air/Plant Air/Nitrogen

Pabrik  Amoniak
Pabrik amoniak ialah pabrik yang menghasilkan amoniak sebagai hasil utama dan Cabon Dioksida sebagai hasil sampingan yang keduanya merupakan bahan baku pabrik urea.



Pabrik  Urea
Pabrik urea ialah pabrik yang menghasilkan pupuk urea baik yang ada di Pusri II, Pusri III, Pusri IV dan Pusri I-B. Dengan total kapasitas terpasang sebesar 2.280.0000 ton urea per tahun.

Proses  Pembuatan  Amoniak
Bahan baku pembuatan amoniak adalah gas bumi yang diperoleh dari Pertamina dengan komposisi utama Methane (CH4) sekitar 70 % dan Carbon Dioksida (CO2) sekitar 10 %. Steam atau uap air diperoleh dari air sungai Musi setelah mengalami suatu proses pengolahan tertentu di Pabrik Utility. Sedangkan udara diperoleh dari lingkungan, dimana sebelum udara ini digunakan sebagai udara proses, ditekan terlebih dahulu oleh kompressor udara. Secara garis besar Proses dibagi menjadi 4 Unit, dengan urutan sebagai berikut :
1.      Feed Treating Unit
2.      Reforming Unit
3.      Purification & Methanasi
4.      Compression Synloop & Refrigeration Unit.

1.    Feed Treating Unit
Gas alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama senyawa belerang sebelum masuk ke Reforming Unit harus dibersihkan dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan pada Katalisator di Reforming Unit. Untuk menghilangkan senyawa belerang yang terkandung dalam gas alam, maka gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut Desulfurizer. Gas alam yang bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke Reforming Unit.

2.    Reforming Unit
Di Reforming Unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air, dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil reaksi yang berupa gas – gas Hydrogen dan Carbon Dioksida dikirim ke Secondary Reformer dan direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas – gas sebagai berikut :
·         Hidrogen
·         Nitrogen
·         Karbon Dioksida
Gas – gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit Purifikasi dan Methanasi untuk dipisahkan gas karbon dioksidanya.

3.    Purification & Methanasi
Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi Reforming Unit dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon dioksida yang telah dipisahkan dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa Karbon dioksida yang terbawa dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator Ammonia Converter, oleh karena itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration terlebih dahulu masuk ke Methanator.

4.    Compression Synloop & Refrigeration Unit
Gas proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan Gas Hidrogen dan Nitrogen = 3 : 1, ditekan atau dimampatkan untuk mencapai tekanan yang diinginkan oleh Ammonia Converter agar terjadi reaksi pembentukan, uap ini kemudian masuk ke Unit Refrigerasi sehingga didapatkan amoniak dalam fasa cair yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea. Hasil/Produk pada proses  diatas adalah gas amonia cair serta karbon dioksida yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea.

Proses  Pembuatan  Urea
Bahan  baku  : Gas CO2  dan  Liquid  NH3  yang di supply dari Pabrik Amoniak
Proses pembuata Urea di bagi menjadi  6 Unit yaitu :
1.      Sintesa Unit
2.      Purifikasi Unit
3.      Kristaliser Unit
4.      Prilling Unit
5.      Recovery Unit
6.      Proses Kondensat Treatment Unit

1.    Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa dengan mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 didalam Urea Reaktor dan kedalam reaktor ini  dimasukkan juga larutan Recycle karbamat yang berasal dari bagian Recovery. Tekanan operasi disintesa adalah  175 Kg/cm2 Hg. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk dipisahkan Ammonium Karbamat dan kelebihan amonianya setelah dilakukan Stripping oleh CO2.

2.    Purifikasi Unit
Amonium Karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan Ammonia di Unit Sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan pemanasan dengan  2 step penurunan tekanan, yaitu pada 17 Kg/cm2 Hg dan 22,2 Kg/cm2 Hg. Hasil peruraian berupa gas  CO2 dan NH3 dikirim kebagian recovery, sedangkan larutan Ureanya dikirim ke bagian Kristaliser.

3.    Kristaliser Unit
Larutan Urea dari unit Purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vacum, kemudian kristal Ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang di perlukan untuk menguapkan air diambil dari panas Sensibel Larutan Urea, maupun panas kristalisasi Urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke HP Absorber dari Recovery.

4.    Prilling Unit
Kristal Urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8 % berat dengan udara panas, kemudian dikirimkan kebagian atas prilling tower untuk dilelehkan dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor dijatuhkan kebawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk Urea butiran (prill). Produk Urea dikirim ke Bulk Storage dengan Belt Conveyor.

5.    Recovery Unit
Gas Ammonia dan Gas CO2 yang dipisahkan dibagian Purifikasi diambil kembali dengan 2 Step absorbasi dengan menggunakan Mother  Liquor sebagai absorben, kemudian direcycle kembali ke bagian Sintesa.

6.    Proses Kondensat Treatment Unit
Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian Kristalliser didinginkan dan dikondensasikan. Sejumlah kecil Urea, NH3 dan CO2 ikut kondensat kemudian diolah dan dipisahkan di Strpper dan Hydroliser. Gas CO2 dan gas NH3 nya dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya dikirim ke Utilitas.






BAB III
PEMBAHASAN


Nutrisi tanaman dan pemupukan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam pengusahaan pertanian, khususnya budidaya. Nutrisi tanaman umumnya sudah tersedia di dalam media tumbuh, pada umumnya tanah. Akan tetapi, seiring pemanfaatan dari tanah oleh tanaman budidaya untuk mengejar produktivitas usaha pertanian lambat laun akan menyebabkan daya dukung tanah terhadap tanaman budidaya mengalami penurunan. Hal ini, diakibatkan oleh semakin berkurangnya unsur hara tersedia dari tanah untuk tanaman. Oleh karena itu, pemupukan atau penambahan unsur hara dari luar perlu dilakukan.

Pemupukan yang baik meliputi ; tepat waktu, tepat cara, tepat dosis, tepat jenis, tepat sasaran. Akan tetapi, yang terjadi di lapangan sering tidak demikian yang mengakibatkan produksi kurang maksimal. Pada umumnya, pengusaha pertanian lebih berminat dengan pupuk anorganik dari pada pupuk organik. Hal tersebut dikarenakan berbagai alasan, antara lain : kadar nutrisi, tingkat kelarutan, dan laju pelepasan nutrisi pupuk organik umumnya lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik. Secara umum, keberadaan nutrisi pada pupuk organik lebih terlarut ke antara molekul tanah, namun juga tidak lebih tersedia dalam wujud yang bisa dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Kualitas pupuk organik dari kompos dan sumber lainnya dapat bervariasi dari satu proses produksi ke proses produksi berikutnya. Tanpa pengujian secara sampling terlebih dahulu, tingkat nutrisi yang akan diterima tanaman tidak bisa diketahui secara pasti.

Berdasarkan studi dari Universitas California, semua pupuk organik diklasifikasikan sebagai pupuk dengan laju pelepasan yang lambat (slow release fertliizer) sehingga tidak menyebabkan memar (burn) pada tanaman meski kadar nitrogen pada pupuk organik berlebih. Gejala burn merupakan gejala umum yang ditemukan pada tanaman ketika pemberian pupuk kimia dilakukan secara berlebihan.

Masalah Lingkungan Akibat Penerapan Pupuk Anorganik
Dampak negatif dari penerapan pupuk anorganik secara jangka panjang, seperti :
a.    Polusi air
Nutrisi pada pupuk anorganik, terutama nitrat, dapat mencemari lingkungan alam dan mengganggu kehidupan manusia jika terbilas oleh air hujan dan mengalir dari lahan pertanian hingga ke perairan setempat dan air tanah. Jumlah pupuk anorganik yang masuk ke perairan cenderung sulit untuk dihitung dan diperkirakan dampaknya secara kuantitatif.

b.    Sindrom bayi biru
Pembilasan pupuk nitrogen dari kawasan pertanian mampu mencemari air tanah. Penggunaan Amonium nitrat anorganik secara umum bersifat membahayakan air tanah karena tanaman lebih mudah menyerap ion amonium dibandingkan ion nitrat untuk mendapatkan nitrogen, sehingga ion nitrat yang berlebih tersebut akan terbilas dan mencemari air tanah. Kadar nitrat di atas 10 miligram per liter (10 ppm) pada air tanah mampu menyebabkan sindrom bayi biru.

c.    Kontaminasi zat pengotor
Setiap pupuk anorganik berbahan dasar mineral dapat mengandung zat pengotor berupa fluorida dan logam berat seperti kadimum dan uranium tergantung dari di mana dan bagaimana bahan mineral ditambang. Bahan pengotor tersebut dapat dihilangkan, namun akan meningkatkan biaya produksi secara signifikan sehingga tidak dilakukan oleh sebagian besar industri pupuk. Senyawa pengotor ini dapat mempengaruhi kualitas tanah hingga meracuni tanaman.


d.   Ketergantungan terhadap pupuk anorganik
Petani secara tidak sadar menjadi "kecanduan" pupuk anorganik karena penggunaan pupuk anorganik secara jangka panjang mematikan organisme tanah yang bermanfaat sehingga penyediaan nutrisi secara organik tidak akan secepat tanah biasa. Organisme tanah seperti mikoriza, fungi, dan berbagai bakteri mampu menguraikan senyawa organik. Ketidakseimbangan nutrisi tanah akibat pupuk anorganik mematikan sebagian besar organisme tanah dan menyebabkan peningkatan keasaman tanah.

e.    Hilangnya unsur mikro
Berbagai pupuk anorganik tidak mengandung unsur hara mikro karena dibuat dalam bentuk murni. Unsur hara mikro ini dapat secara bertahap menghilang dari tanah karena diserap oleh tumbuhan. Hilangnya unsur mikro telah dikaitkan dengan studi turunnya kandungan mineral pada buah dan sayur yang dihasilkan suatu usaha tani. Di Australia, defisiensi seng, tembaga, mangan, besi, dan molibden menjadi pembatas jumlah hasil pertanian dan peternakan yang dihasilkan pada tahun 1940 sampai 1950an. Sejak kejadian ini, nutrisi hara mikro mulai ditambahkan pada produksi pupuk anorganik. Berbagai tanah di seluruh dunia yang kekurangan nutrisi seng terkait pula dengan defisiensi seng pada asupan nutrisi manusia yang hidup di sekitarnya.

f.     Memar (burn) karena pupuk berlebih
Pemupukan berlebih dapat berakibat sama buruknya dengan kekurangan nutrisi. Gejala seperti fertilizer burn terjadi karena pupuk diberikan terlalu banyak, sehingga menyebabkan daun mengering hingga menyebabkan kematian tanaman. Tingkat gejala memar terkait dengan indeks kadar garam pada pupuk dan tanah.

g.    Konsumsi energi tinggi
Di Amerika Serikat, 317 miliar kaki kubik gas alam dikonsumsi untuk memproduksi amonia setiap tahunnya. Secara keseluruhan di seluruh dunia, konsumsi gas alam untuk produksi amonia diperkirakan mencapai 5% dari total gas alam yang dikonsumsi, yang kurang lebih setara dengan 2% total kebutuhan energi dunia. Amonia diproduksi dengan memanfaatkan gas alam dalam jumlah besar dengan kebutuhan energi yang tinggi pula untuk meningkatkan tekanan dan temperatur dalam prosesnya. Biaya pembelian gas alam memakan biaya produksi amonia sebesar 90%. Peningkatan harga gas alam tidak terlepas dari peningkatan permintaan komoditas ini untuk memproduksi pupuk sehingga ikut meningkatkan harga pupuk.

h.    Kontribusi terhadap perubahan iklim
Gas rumah kaca (GRK) berupa karbon dioksida, metana, dan nitro oksida ketiganya dihasilkan dari industri pupuk, baik disengaja maupun tidak. Metana dan nitro oksida merupakan senyawa gas rumah kaca yang lebih berbahaya dibandingkan gas karbon dioksida, dan dampak keduanya dapat disetarakan dengan karbon dioksida. Diperkirakan setiap kilogram amonium nitrat yang dihasilkan, dua kilogram GRK setara karbon dioksia dilepaskan oleh industri. Selain itu, pupuk nitrogen yang sudah terlarut ke dalam tanah mampu dilepaskan oleh bakteri menjadi nitro oksida melalui proses denitrifikasi. Semakin banyak nitrogen di dalam tanah yang tersedia, laju proses denitrifikasi menjadi lebih cepat sesuai dengan kesetimbangan kimia.

i.      Dampak terhadap mikoriza
Tumbuhan tidak lagi bergantung pada mikoriza dalam pemecahan senyawa organik dan penyerapan nutrisi karena ketersediaan nutrisi lebih banyak didapatkan dari pupuk anorganik. Hubungan simbiosis ini dapat terlepas dan mempengaruhi ekosistem tanah secara keseluruhan.

j.      Eutrofikasi
Pupuk secara umum mengandung senyawa yang mampu mempercepat pertumbuhan tumbuhan. Eutrofikasi adalah gejala peningkatan laju pertumbuhan tumbuhan air. Pupuk yang terbilas aliran air permukaan mampu diserap oleh tumbuhan air dan menyebabkan eutrofikasi. Hal ini membahayakan perairan karena ketika tumbuhan mati, proses dekomposisi oleh bakteri yang terjadi di bawah air mampu menyebabkan hilangnya oksigen dan menyebabkan kebinasaan ikan dan hewan air lainnya. Dan air mampu berubah menjadi keruh dan berwarna kehijauan (atau merah, coklat, kuning, tergantung jenis alga yang mengalami eutrofikasi di perairan). Sekitar setengah danau di Amerika Serikat kini bersifat eutrofik dan jumlah kawasan mati (dead zone) meningkat hingga ke pinggir pantai.

k.    Peningkatan keasaman tanah
Pupuk organik dan anorganik yang kaya nitrogen dapat menyebabkan peningkatan keasaman tanah ketika diberikan. Keasaman tanah yang meningkat mampu mengikat beberapa senyawa nutrisi mikro sehingga menjadi tidak tersedia bagi tumbuhan untuk diserap. Pengapuran tanah dapat menurunkan tingkat keasaman tanah.

l.      Pencemaran udara
Konsentrasi emisi metana dunia di dekat permukaan tanah dan di atmosfer tahun 2005. Perhatikan warna merah pada peta bagian atas menunjukan lokasi dengan emisi metana terbesar. Emisi metana dari lahan pertanian, terutama sawah penanaman padi meningkat dengan bertambahnya penerapan pupuk berbasis amonia. Emisi ini dapat berkontribusi secara signifikan pada perubahan iklim karena metana merupakan gas rumah kaca yang kuat. Selain metana, nitro oksida telah menjadi gas rumah kaca dengan kontribusi pemanasan global ketiga di dunia karena meningkatnya penggunaan pupuk berbasis nitrogen. Emisi gas metana dari pupuk mencakup :
·       Kotoran hewan dan urea melepaskan metana, nitro oksida, amonia, dan karbon dioksida pada jumlah yang bervariasi tergantung wujud dan kondisi lingkungna setempat.
·       Pupuk berbasis asam nitrat atau amonium bikarbonat melepas nitro oksida, amonia, dan karbon dioksida ke atmosfer sejak proses produksi hingga penerapannya ke atmosfer. Amonia merupakan senyawa dengan titik didih yang rendah, sehingga mudah menguap segera setelah diberikan ke lahan pertanian akibat panas matahari.


BAB IV
KESIMPULAN


Dari pembahasan dapat disimpilkan bahwa :
Nutrisi tanaman dan pemupukan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam pengusahaan pertanian, khususnya budidaya. Karena unsur hara yang dibutuhkan bersifat essensial yang berarti kebutuhan akan unsur hara tersebut bersifat mutlak dan tidak tergantikan. Oleh karena itu, kebutuhan unsur hara perlu ditambahkan dari luar jika kebutuhan hara tanaman oleh tanah sudah tidak dapat terpenuhi. Berikut unsur hara yang essensial yang digolongkan makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cl, Fe).

Pupuk organik antara lain pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, guano. Dan pupuk anorganik terdiri dari NPK, KCl, SP-36, ZA. Tanah yang masam cukup potensial untuk perluasan dan peningkatan produksi pertanian, tetapi memerlukan pengapuran. Tujuan pengapuran adalah untuk menaikkan pH, meniadakan Al yang meracuni dan menyediakan Ca sebagai hara.

Pemupukan yang baik meliputi ; tepat waktu, tepat cara, tepat dosis, tepat jenis, tepat sasaran. Efektifitas dan efesiensi pemupukan juga perlu diterapkan sesuai kebutuhan dari tanaman budidaya. Indikator dapat diketahui dari pengujian pH, kadar hara N, P, K tanah. Yang selanjutnya dapat dijadikan rekomendasi pemupukan.

Adapun sasaran dari efisiensi dan efektifan pemupukan adalah :
a.       Revitalisasi pertanian
b.      Mengurangi degradasi sumber daya lahan
c.       Penggunaan pupuk yang kurang rasional


DAFTAR PUSTAKA


Hakim, Dr. Nurhajati, dkk. 1986. Dasar – dasar ilmu tanah. Lampung : Universitas Lampung.

Gardner, Franklin P. 1985. Physiology of crop plants. Iowa : The Iowa State University Press. Yang diterjemahkan oleh Herawati Susilo. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia.

https://id.wikipedia.org/wiki/pupuk diakses pada 25 September 2015.



LAMPIRAN


http://www.kppbumn.depkeu.go.id/Industrial_Profile/PK4/Proses%20Pembuatan%20Pupuk_files/PabrikAmoniaks.jpg
Diagram 1. Proses pembuatan Amoniak PUSRI
http://www.kppbumn.depkeu.go.id/Industrial_Profile/PK4/Proses%20Pembuatan%20Pupuk_files/amoniaproses.jpg
Gambar 1. Lay out pembuatan amoniak PUSRI

Tabel 3. Kualitas hasil Urea yang dihasilkan PUSRI
Kwalitas  Urea  yang dihasilkan :
  Nitrogen
  46,2  %  berat (minimum)
  Air
  0,3 % berat (minimum)
  Biuret
  0,5 % berat (minimum)
  Besi
  1 ppm berat (maksimum)
  NH3  bebas
  150 ppm berat (maksimum)
  Abu
  15 ppm berat (maksimum)

http://www.kppbumn.depkeu.go.id/Industrial_Profile/PK4/Proses%20Pembuatan%20Pupuk_files/PabrikUrea.jpg
Diagram 2. Proses pembuatan Urea PUSRI


http://www.kppbumn.depkeu.go.id/Industrial_Profile/PK4/Proses%20Pembuatan%20Pupuk_files/ureaproses.jpg
Gambar 2. Lay out proses pembuatan Urea PUSRI


window.setTimeout(function() { document.body.className = document.body.className.replace('loading', ''); }, 10);